Dibaca Normal
Kota Bima, Porosntb.com-Dua bulan setelah penetapan tiga pasangan calon Pilkada Kota Bima ternyata masih belum menarik bagi pemilih muda. Hal ini diungkap Direktur Central Elektion and Political Party (CEPP) Bima Dr Ibnu Khaldun MSi.
Menurut hasil wawancara tatap muka dari 50 orang yang ditemui langsung dengan lima pertanyaan pokok seperti, mengenal pasangan calon (paslon), baik melalui media cetak, eletronik, atau lainnya. Apakah mengetahui visi misi dan rekam jejaknya, Faktor-faktor apa saja yang melatari mereka pemilih, program prioritas dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan keagamaan.
Dari wawancara itu terungkap jika pemilih muda yang tersebar di lima kecamatan itu 40 persen belum mengenal paslon. 10 persen mengenal melalui APK (Atribut Peraga Kampanye).
"Yang mengejutkan, 100 persen dari 50 orang tidak mengetahui visi misi Paslon. Ini disebabkan karena pemilih muda cenderung apatis dan tidak mengetahui eksistensi kepala daerah," ungkap Ibnu.
Dosen ilmu politik ini juga menjelaskan, program prioritas yang diharapkan pemilih muda adalah pendidikan yang salah satunya beasiswa bagi jenjang S1 sampai S3. Artinya, kondisi ini menunjukkan rendahnya kinerja KPUD dalam menentukan target peningkatan partisipasi pada pemilih muda.
Di samping itu, kurangnya kreatifitas dari timses dalam menyusun visi misi yang sesuai dengan kebutuhan pemilih muda.
"Pemilih muda di Kota Bima mencapai 30 persen dan ini merupakan tamparan serius bagi pemerintah bahwa orang-orang muda kurang diperhatikan," bebernya.
Apa dampaknya jika pemilih muda apatis menurut peneliti dari CEPP? Ketua STKIP Taman Siswa Bima ini menguraikan jika hal itu akan berdampak pada rendahnya kesadaran pemilih muda pada partisipasi untuk mendukung kebijakan-kebijakan pembangunan sumber daya manusia. Dampak lain menunjukkan bahwa partai politik kurang melaksanakan fungsi untuk memberikan pendidikan politik bagi pemilih muda.
"Dan ternyata, pemilih muda di Kota Bima cenderung masih tradisional, masih melihat figur ketimbang visi misi dan rekam jejak Paslon," pungkasnya. (Poros-07)
Menurut hasil wawancara tatap muka dari 50 orang yang ditemui langsung dengan lima pertanyaan pokok seperti, mengenal pasangan calon (paslon), baik melalui media cetak, eletronik, atau lainnya. Apakah mengetahui visi misi dan rekam jejaknya, Faktor-faktor apa saja yang melatari mereka pemilih, program prioritas dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan keagamaan.
Dari wawancara itu terungkap jika pemilih muda yang tersebar di lima kecamatan itu 40 persen belum mengenal paslon. 10 persen mengenal melalui APK (Atribut Peraga Kampanye).
"Yang mengejutkan, 100 persen dari 50 orang tidak mengetahui visi misi Paslon. Ini disebabkan karena pemilih muda cenderung apatis dan tidak mengetahui eksistensi kepala daerah," ungkap Ibnu.
Dosen ilmu politik ini juga menjelaskan, program prioritas yang diharapkan pemilih muda adalah pendidikan yang salah satunya beasiswa bagi jenjang S1 sampai S3. Artinya, kondisi ini menunjukkan rendahnya kinerja KPUD dalam menentukan target peningkatan partisipasi pada pemilih muda.
Di samping itu, kurangnya kreatifitas dari timses dalam menyusun visi misi yang sesuai dengan kebutuhan pemilih muda.
"Pemilih muda di Kota Bima mencapai 30 persen dan ini merupakan tamparan serius bagi pemerintah bahwa orang-orang muda kurang diperhatikan," bebernya.
Apa dampaknya jika pemilih muda apatis menurut peneliti dari CEPP? Ketua STKIP Taman Siswa Bima ini menguraikan jika hal itu akan berdampak pada rendahnya kesadaran pemilih muda pada partisipasi untuk mendukung kebijakan-kebijakan pembangunan sumber daya manusia. Dampak lain menunjukkan bahwa partai politik kurang melaksanakan fungsi untuk memberikan pendidikan politik bagi pemilih muda.
"Dan ternyata, pemilih muda di Kota Bima cenderung masih tradisional, masih melihat figur ketimbang visi misi dan rekam jejak Paslon," pungkasnya. (Poros-07)
COMMENTS