Dibaca Normal
Bupati Bima, Hj. Indah Damayanti Putri saat berpose bersama di akhir acara dialog dan diskusi |
Bima, Poros
NTB.- Ada yang menarik saat Bupati Bima, Hj. Indah Damayanti Putri menjadi nara
sumber di acara dialog dan diskusi yang digelar Badan Kesbangpol di Pemandian
Bima Tirta, Ule Kota Bima, Jum’at (29/6/18) kemarin. Di hadapan peserta dialog,
Bupati yang kerap disapa Umi Dinda ini cerita saat ia dan rombongannya dihadang
massa di jalan.
Umi Dinda
memang dikenal “rajin” menyambangi desa-desa, baik untuk silaturahmi menyerap
aspirasi, mengunjungi korban bencana, bahkan tak gentar turun langsung
menengahi konflik.
Saat turun
tersebut, terkadang ia dan rombongannya secara tiba-tiba dihadang
massa di jalan tanpa alasan yang jelas.
Sesekali,
tutur Umi Dinda, saat massa ngotot tak membuka jalan ia turun dari mobil menanyakan
keperluan massa yang menghadang. Namun saat diajak berdialog, tak seorangpun
dari mereka bersuara mengutarakan keperluannya.
“Bahkan ada,
ketika saya ajak bicara malah ada yang gemetaran. Kadang bingung keinginannya apa,”
tutur bupati.
“Saat saya bertemu dan duduk bersama dengan
masyarakat menanyakan kebutuhan dan harapannya, juga sering tidak ada yang
berbicara,” ungkapnya lagi.
Tapi yang pasti,
kata dia, masyarakat memang ingin diperhatikan, dan itu dinilainya wajar. Dan sebagai seorang bupati, ia sendiri akan berusaha maksimal memenuhi kebutuhan
masyarakat. Itulah gunanya ia kerap turun di 191 desa di Kabupaten Bima. Hanya
saja, lanjutnya, masyarakat harus mengkomunikasikan kebutuhan dan harapannya
dengan jelas.
Lagi-lagi,
menurut Umi Dinda, komunikasi menjadi kunci dari sebuah masalah. Karena itu ia
berharap lewat acara dialog dan diskusi, dapat meningkatkan keluwesan arus komunikasi
antara pemerintah dan masyarakat.
Bupati
menceritakan kisahnya saat menanggapi salah satu peserta yang mengkritisi
kinerja Badan Kesbangpol dalam “mengendus” adanya kemungkinan penghadangan
massa terhadap rombongan Bupati.
Bupati berharap, ke depannya, aksi serupa tidak terjadi lagi. Karena ia selalu
membuka pintu kantor dan kediamannya bagi masyarakat yang ingin menyampaikan
kebutuhan dan masalahnya.
Selain penghadangan
atas Bupati, peserta lain juga menyinggung tentang maraknya aksi blokir jalan
oleh massa saat menuntut sesuatu. “Masyarakat ini terkadang seperti ‘anak kecil’.
Mereka harus merengek dulu jika ingin dibelikan permen,” celetuk peserta
tersebut mengkiaskan.
kalaupun kiasan itu ada benarnya, maka beruntung masyarakat Kabupaten Bima punya Umi Dinda yang memiliki
empati dan naluri keibuan secara kodrati. (Aden)
COMMENTS