Dibaca Normal
Bima, Poros NTB.- Peluang ekonomi yang bisa dipetik dari
keberadaan desa wisata ikut mendorong warga berikhtiar menggali potensi wisata
desa masing-masing. Di Kabupaten Bima, Desa Risa adalah salah satu desa yang
tengah bersolek jadi desa wisata berbasis pertanian (bawang merah). Tanaman
bawang merah memang menjadi produk unggulan di desa yang terletak di Kecamatan
Woha ini. Begitu pula, pengusaha bawang merah terus menumbuh.
Potensi Desa Risa sebagai agrowisata sangat besar, sehingga mendapat
dukungan dari pemerintah untuk membangun fasilitas yang dibutuhkan, guna
memberi kenyamanan bagi pengunjung. Dengan begitu, wisatawan Bima maupun
pendatang dari luar Bima nanti, tidak hanya mengunjungi wisata budaya, wisata
kuliner, wisata religio-kultural, wisata bahari, wisata sejarah-arkeologi, tapi
juga wisata agro.
Karena itu, segenap unsur pemerintah lokal di Bima beserta dorongan dari
pemerintah pusat, memberikan atensi khusus, agar kawasan agrowisata kampung
bawang Risa terus memperindah diri, agar menarik wisatawan Bima, NTB, maupun
masyarakat Indonesia pada umumnya. Desa Risa yang mengandung seribu satu pesona
alam, kini terus memacu dan memoles diri, menyulam kebersamaan, merajut masa
depan agrowisata. Pengembangan agrowisata kampung bawang Desa Risa terinspirasi
dari “mutiara tersembunyi” berupa persawahan yang luas nan eksotis,
berpadu dengan keberadaan air terjun Kalate-Mbaju.
Pesona air terjun Kalate yang menjulang tinggi sekitar 10 meter, disertai
pepohonan yang rindang, kejernihan airnya yang mengalir bertingkat-tingkat
berupa bongkahan bebatuan besar, tentu mencegat mata siapa pun. Ditambah pula
dengan pemandangan alam pegunungan yang menakjubkan menjadi magnet tersendiri.
Pada saat libur akhir tahun beberapa hari yang lalu, ratusan wisatawan
berdatangan, tidak hanya dari kabupaten Bima, tapi juga Kota Bima, dan
Kabupaten Dompu. Dari dulu hingga sekarang, memang air terjun kalate menjadi
destinasi wisata orang Bima dan sekitarnya. Apalagi saat ini, proyeksi
agrowisata Risa sedang dikembangkan, tentu saja desa penghasil bawang merah
yang tersohor ini, bakal semakin ramai.
Objek wisata agro ini dibangun mulai tahun lalu. Sampai sekarang masih
dalam tahap pembangunan. Meski minim sumberdaya, namun tidak mengurangi
antusiasme warga masyarakat Risa untuk bahu-membahu, memaksimalkan daya
kreatifitas guna mewujudkan desa wisata yang berkemajuan. Syukurlah akhirnya
pemerintah mendukung.
Kalau nanti agrowisata kampung bawang Desa Risa dilaunching, maka kita akan
menikmati sebuah pemandangan sawah disertai semilir angin dan burung-burung
berkicau, sebagai pilihan untuk berlibur. Para pengunjung agrowisata Risa akan
merasakan daya tarik kampung bawang merah, pepohonan asri, aktivitas
agrobisnis, dan kerajinan tangan. Asyiknya, para pelancong juga bisa
menyaksikan aktivitas pandai besi di dusun Kumbe-Risa, tak jauh dari air terjun
Kalate-Mbaju.
Warga di Dusun Kumbe – Desa Risa, adalah pusatnya ahli pandai besi. Anda
akan terpesona dengan kelincahan warga Kumbe membuat parang, pisau, golok,
tombak, keris dan perkakas besi lainnya. Dari bengkel sederhana di halaman
rumahnya, mereka menempa besi, tak hanya para tetua dan dewasa yang pandai
besi, tapi juga anak-anak remaja, yang membuat kita berdecak kagum. Inilah dusun
yang sedari lama bermata pencaharian dari keahlian pandai besi, selain bertani,
berkebun dan beternak.
Agrowisata kampung bawang Desa Risa berlokasi di kecamatan Woha bagian
barat, berdekatan dengan Kantor Bupati Bima di Desa Godo. Agrowisata ini sangat
cocok bagi siapa pun yang bosan dengan kepungan polusi maupun kebisingan kota.
Posisi agrowisata Risa cukup strategis dengan akses jalan maupun transportasi
yang lancar. Untuk menambah kemudahan pengunjung, kini infrastruktur penopang
terus dibenahi.
Beberapa fasilitas seperti pintu gerbang, gazebo, rumah indusri rakyat,
toilet, selfie point, warung makan, homestay, bahan dan alat pembuatan kuliner,
sedang dibangun, bahkan sebagian besar sudah selesai. Pengunjung dapat
mengitari kampung bawang sambil menikmati panorama alam yang indah dan hembusan
angin yang segar. Agrowisata kampung bawang Risa juga dapat dijadikan eduwisata
untuk belajar bagaimana melakukan kegiatan budidaya pertanian.
Kami optimis – sebagaimana optimisme kami bahwa Indonesia tidak akan punah,
bahwa Risa akan siap dibidik sebagai destinasi wisata terkemuka di Bima. Hal
ini berkat air terjun Kalate-Mbaju yang dimiliki desa ini hingga mengembang
menjadi wisata agro. Selanjutnya, mari kita mengembangkan objek wisata lainnya.
Ada anggapan bahwa untuk memajukan bangsa ini, dimulai dari desa. Antara
lain menurut saya, yakni melalui pariwisata. Pariwisata adalah salah satu
sektor yang potensial untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi desa. Cakupan
desa wisata pun bermakna luas, berkorelasi positif dengan bidang-bidang
terkait.
Pariwisata tidak hanya membuka lapangan kerja, menjemput peluang
bisnis-ekonomi, tapi juga sebagai jalan menciptakan cita rasa perdamaian di
antara desa-desa sekitar kawasan ini. Potret buram pertikaian antar kampung
akibat dari kekosongan ruang yang produktif, diantaranya dapat dijawab melalui
pemberdayaan desa wisata. Bahkan, kami sedang mempersiapkan rencana kenduri
perdamaian yang dirangkai dengan festival Kalate.
Artinya, agrowisata kampung bawang merah Desa Risa tidak sekadar wisata-an
sich, tapi juga bagaimana mentransformasikan nilai-nilai perdamaian,
membawa implikasi ekonomi serta menjaga keseimbangan ekologis. Plus menciptakan
iklim intelektual khas desa melalui penguatan literasi. Hal ini pula yang saya
diskusikan dengan para pemuda-pemudi desa, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Kalate
Waterfall Desa Risa, bahwa perpustakaan desa yang berorientasi
“kampung smart” adalah harapan yang mesti dinyalakan terus-menerus demi masa
depan generasi yang tercerahkan.
Karena itu, Risa terus mempersolek diri, menyempurna, menjadi desa wisata
yang sudah, sedang dan akan selalu dikunjungi. Mudah-mudahan berdampak
konstruktif bagi kemajuan Bima-NTB. (Qureta)
COMMENTS