Dibaca Normal
![]() |
Sejumlah kaum hawa di Desa Tolotangga sedang melakukan latihan "Kareku Kandai" untuk diperlombakan di Festival Rnpu Mpida dan Kareku Kandai, Jum'at (28/7/19) mendatang |
Bima, Poros
NTB.- Keindahan Pantai Wane sudah tidak diragukan lagi.
Pantai yang terletak di wilayah pesisir selatan kawasan Desa Tolotangga dan
Desa Tolouwi Kecamatan Monta ini memang sudah kesohor hingga Mancanegara.
Hamparan pasirnya yang luas dan ombaknya yang
bergulung-gulung menghempas karang menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan. Belum
lagi panorama alam yang mengelilinginya masih tergolong alami.
Bahkan tak jarang wisatawan bisa melihat dari dekat
pemandangan sekelompok lumba-lumba yang menari dan melompat-lompat di permukaan
di antara perahu yang ditumpangi dengan wisatawan. Pemandangan yang jarag
ditemui di pantai lainnya, selain di Wane.
Sayangnya ketenaran pantai ini, dinodai oleh stigma
Zona Merah yang terlanjur melekat sejak dulu. Lantaran banyaknya kejadian yang
tidak mengenakkan yang dialami para wisatawan. Dimana pembegalan dan aksi
premanisme memang marak terjadi.
Tapi itu dulu. Sekarang, berbagai elemen masyarakat monta
dalam sudah mulai sadar akan potensi pantai wane sebagai sumber geliat
perekonomian warga. Karena itu perlahan tapi pasti, pantai wane yang dulunya
sempat menjadi momok bagi wisatawan, kini mulai beranjak menjadi tempat wisata
yang nyaman untuk dikunjungi.
Hal ini dipastikan dengan adanya komitmen sejumlah
tokoh pemuda khususnya, untuk menjaga keamanan pantai wane. Langkah awal yang
dilakukan yakni dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) “LABIBANO”
sejak Jum’at (12/7/19) kemarin.
Baru dibentuk, Pokdarwis LABIBANO langsung menggebrak dengan
menggelar program promosi wisata Pantai Wane lewat Festival budaya “Rimpu Mpida” BIBANO dam “Kareku Kandei”.
Digelarnya festival budaya local yang rencananya akan
digelar Mulai Minggu (28/07/19) ini, selain sebagai bentuk promosi wisata
Pantai Wane yang kekinian, sekaligus untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa
Pantai Wane telah keluar dari stigma “Zona Merah” nya.
Pemerintah Daerah lewat Dinas Pariwisata Kabupaten
Bima, TNI dan Polri, sangat mendukung inisiatif dari para pemuda yang tergabung
dalam Pokdarwis LABIBANO ini.
Rencananya, festival yang melombakan Rimpu Mpida dan
Kareku Kandei ini, akan dibuka secara langsung oleh Bupati Bima, Hj Indah Damayanti Putri, SE.
Untuk diketahui, “Rimpu Mpida” ini dikaitkan dengan pakaian
adat bagi seorang gadis suku BIMA yang masih dara atau belum menikah. Sementara
BIBANO sendiri berkaitan erat dengan legenda local tentang seorang putri cantik
nan jelita yang sampai saat ini dianggap warga sekitar merupakan putri yang
masih belum menemuan pasangan hdupya, lantaran pernah menolak lamaran dari
seorang pangeran kerajaan bima.
Semntara KAREKU KANDEI merupakan tradisi masyarakat
bima tempo dulu yang menandakan bahwa salah satu warga di desa itu ada yang menggelar
hajatan, seperti Pernikahan dan Sunatan.
Dengan adanya komitmen Pokdarwis LABIBANO yang
didukung Pemda, TNI, dan Polri, untuk menjaga kemanan di wilayah destinasi
wisata dan gelaran festival lomba terkait, akan mampu menarik kembali para
wisatawan untuk berkunjung di Pantai Wane, tanpa dihantui oleh momok “begal”
dan “premanisme”.
Karena yang terlibat dalam Pokdarwis LABIBANO ini
merupakan para ‘sesepuhnya” pemuda di wilayah tersebut, yang keberadaannya
sangat disegani oleh kelompok-kelompok pemuda lainnya. (Poros 06)
COMMENTS