Dibaca Normal
Sigit Wicaksono |
Bima,- porosntb.com-Bahan Bakar Minyak (BBM) di seluruh wilayah NTB khususnya Bima sudah berlangsung selama satu bulan lebih. Kondisi ini memantik reaksi warga yang mengeluhkan kelangkaan BBM khususnya jenis premium.
Kelangkaan BBM di sejumlah SPBU diduga ada permainan dalam pemotongan kuota tersebut. Sebab, ada beberapa SPBU yang menjadi prioritas dan ada pula SPBU yang dianaktirikan.
Kecurigaan ini berawal dari maraknya penjualan Pertamax dan Pertalite. Sementara Premium dipangkas penyalurannya.
Jika pun alasan kuota bbm dari pemerintah terbatas, lalu pertanyaannya kenapa tidak antisipasi sejak awal tahun.
Demikian disampaikan pemilik SPBU Sape Sudirman. Dia menuturkan, SER PT Pertamina NTB tidak proposional membagi kuota harian dan bulanan. BBM Premium selalu timpang. Bahkan dia menuding, ada SPBU yang dianak emaskan.
"Terbukti dari alokasi BBM Premium harian mendapatkan jatah harian yang jauh lebih banyak dari SPBU lainya," ungkap dia usai bertemu pemerintah daerah dan SER PT Pertamina Sigit Wicaksono di ruang Sekda Kabupaten Bima, kemarin.
Sudirman menduga, SER PT Pertamina tidak objektif membagi jatah BBM Premium di setiap SPBU. Dasar dan tolok ukurnya darimana.
Ia pun berharap kelangkan BBM Premiun di wilayah Kota dan Kabupaten Bima cepat teratasi.
"Apabila pak Sigit tidak mampu mengatasi persoalan ini, lebih baik dia mengundurkan diri dari SER Pertamina NTB," katanya.
Menurut dia, pernyataan Sales Eksecutive Retail (SER) Pertamina NTB tentang kelangkaan BBM di Bima, sangat kontradiksi dengan BPH Migas. Sudirman meminta keterbukaan soal itu, yakni berapa data realisasi untuk Kabupaten dan Kota Bima sehingga ada pemotongan kuota.
"Tunjukan ke kami dan berpa sisanya untuk bulan September, Oktober, November dan Desember," tantangnya.
Kalo memang minyak terbatas, dia juga mempertanyakan urgensi pertamina menggencarkan program bikin SPBU di plosok-plosok dengan satu harga, sementra BBM langka.
"Kenapa SPBU Sila dan SPBU Rabakodo selalu timpang dengan SPBU lain. SPBU Sila mendapat 40 KL sementara yang lain dapatnya 8-16 KL saja. Kedua SPBU itu disinyalir dapat lebih banyak. Lalu dimana sisi obyektifitasnya," tandasnya.
Sementara Sales Eksekutif Retail (SER) Pertamina NTB, Sigit Wicaksono kepada sejumlah wartawan mengatakan, kelangkaan BBM di wilayah NTB khususnya Bima karena kuota BBMnya hampir habis. Makanya pihak pertamina mengurangi kuota BBM tersebut di setiap SPBU.
Pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan Pemerintah Provinsi NTB untuk menanggulangi kelangkaan BBM tersebut.
"Dan dalam pertemuan tadi dengan Pemda dan seluruh Pemilik SPBU Kota dan Kabupaten Bima. Jatah BBM premium dari daerah lain yakni Lombok akan dialihkan ke Pulau Sumbawa. Dimana terjadi devisit atau over kuota," ujarnya usai pertemuan.
Diakui, dirinya bisa mengatur jatah BBM premium harian di masing-masing SPBU. Apabila SPBU mengikuti aturan mainya yaitu, SBPU harus mengikuti program Pasti Pas dan SPBU harus menyediakan tangki Pertamax.
"Kalau pun aturan tersebut dipenuhi oleh masing-masing SPBU, berapapun permintaan BBM Premium oleh SPBU, akan saya salurkan," janjinya.
Di sisi lain, lanjut Sigit, kuota BBM sepenuhnya diatur oleh Badan Pengatur Hilir Migas (BPH MIGAS). Artinya kewenangan ini bisa juga diatur oleh pertamina sendiri.
Ketika ditanya, ada SPBU yang dianak emaskan sehingga ada reaksi protes dari SPBU-SBPU lainya? Sigit enggan memberikan komentar terkait hal tersebut, dan menyarankan wartawan untuk meminta data di Depot Pertamina Bima. Karena disana ada semua data alokasi penyaluran BBM di setiap SPBU.(poros07)
COMMENTS