Dibaca Normal
Fitri Marwahdiyanti |
Sepintas, penampilan perempuan 21 tahun ini cukup menipu. Postur tubuhnya yang imut, ternyata memiliki power yang luar biasa. Khususnya dalam hal bela diri. Mahasiswa STKIP Tamsis ini bahkan sudah malang melintang di dunia karate dan sejenisnya. Mulai berskala regional, nasional hingga internasional. Berikut ulasannya.
____________________
Namanya Fitri Marwahdiyanti. Tak bisa dipungkiri, perempuan berparas cantik ini menjadi satu dari sekian mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima yang memiliki prestasi yang aduhai. Melalui tangan lembutnya, mahasiswa semester V ini mampu melumpuhkan lawan-lawan di atas ring.
Sederet medali prestasi individual telah berhasil ia kalungkan. Mulai tingkat provinsi hingga nasional. Kini, perempuan kelahiran Sukoharjo Jawa Timur 23 Juni 1998 itu menatap kejuaraan berskala internasional, yakni Asian Hapkido Championship, Oktober mendatang.
Tak ada yang meragukan aksi mahasiswa jurusan Pendidikan Tekhnologi Informasi (PTI) ini di atas ring. Kematangannya dalam bidang bela diri Taekwondo dan Hapkido sudah teruji.
Ini terbukti dari perolehan medali ynag sukses ia genggam. Antara lain, di cabang Taekwondo menjuarai Kyurugi Junior Putri Under 40 Kg (Kejuaraan Daerah di Mataram tahun 2012). Juara 3 Poomsae Junior Individual Putri, (Kejuaraan Daerah di Sumbawa tahun 2013), Poomsae Junior Beregu Putri, (Pekan Olahraga Provinsi di Mataram tahun 2014), Poomsae Junior Individual Putri (Kejuaraan Provinsi di Mataram tahun 2015).
Sementara di cabang Hapkido, mahasiswa yang sudah menggeluti dunia karate sejak duduk di bangku SMP ini juga tak kalah. Dia pernah menyabet juara 3 Hyung Senior Beginner Woman (Kejuaraan Nasional 1 di Yogyakarta tahun 2016), Hyung Senior Beginner Woman (Kejuaraan Nasional 2 di Yogyakarta tahun 2017).
Dan yang teranyer adalah, juara 1 Hyung Senior Beginner Woman (Kejuaraan Nasional 3 di Jakarta tahun 2018) dan
Juara 2 Hosinsul Senior Beginner Free Competition (Berpasangan). Atas Raihan tersebut, Fitri terus memperbaharui kelas dan mengikuti Kejuaraan Nasional 4 di Semarang pada Oktober mendatang.
"Saat ini saya sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan itu, sebagai seleksi untuk ASIAN Hapkido Championship 2019 di Hongkong, Desember nanti," ujar Fitri.
Diakui, awalanya dia tidak begitu tertarik dengan cabang Hapkido. Karena sejak duduk di bangku SMP, Fitri hanya bergelut dengan Taekwondo.
"Awal mula saya tertarik dengan beladiri hanya karena rasa penasaran. Saat saya duduk di bangku kelas VII SMP pada tahun 2012, saya mencoba mendaftar olahraga Taekwondo yang kebetulan olahraga tersebut merupakan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah saya. Setelah cukup lama berlatih, saya dipilih untuk mengikuti seleksi di beberapa Kejuaraan daerah dan provinsi untuk mewakili Kabupaten Bima dan meraih hasil positif," urainya.
Namun, sebelum kejuaraan di tahun 2015, di akhir tahun 2014 Fitri sempat vakum cukup lama karena sakit. Setelah pulih dari sakit, ia justru tidak berani ikut latihan lagi dengan atlet-atlet Kabupaten Bima karena sudah lama absen.
Tapi karena rindu akan latihan, membuatnya memutuskan untuk mendaftar kembali di cabang Taekwondo di Kota Bima. Pada saat itu, Fitri kembali mengikuti kejuaraan untuk mewakili Kota Bima.
"Singkat cerita, pelatih saya, Awan Darmawan menawarkan untuk mengikuti latihan beladiri baru yang sedang beliau geluti juga yaitu Hapkido. Terdengar begitu asing, tetapi saya penasaran," ceritanya.
Seni beladiri asal Korea yang bergerak berdasarkan prinsip lingkaran dengan memanfaatkan tenaga lawan itu, dirasa sejalan dengan beladiri Taekwondo. Dia pun tertarik dan ikut berlatih selama satu tahun lebih.
"Saya mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Saya berfikir bahwa peluang di beladiri ini sangat besar bagi saya untuk berprestasi. Walaupun beladiri ini masih sangat baru yang secara resmi berdiri di Indonesia pada tahun 2014," terangnya.
Niatnya untuk mengikuti kejuaraan itu ditentang kedua orangtua, karena masalah biaya. Pasalnya, Hapkido belum resmi masuk KONI, segala biaya akomodasi kejuaraan masih swadaya alias ditanggung masing-masing atlet. Mulai pendaftaran, transportasi, penginapan, dan lain-lian. Karena tekad yang kuat, Fitri mencoba menjelaskan kepada kedua orangtuanya hingga mereka akhirnya mengerti.
"Berkat dukungan dan do'a restu merekapun, Alhamdulillah saya bisa berhasil menambah prestasi selama tiga tahun berturut dan siap menghadapi Asian Hapkido Championship," tuturnya.
Meski sudah focus pada beladiri Hapkido, namun dia tetap berlatih olahraga Taekwondo. Keduanya membuat Fitri justru lebih semangat, karena beladiri adalah bagian dari sunnah Rasulullah SAW.
"Awalnya saya sering mengalami kesulitan dalam membagi waktu latihan, TC dan kuliah. Bahkan untuk mengerjakan tugas, saya terus belajar membagi waktu contohnya ketika harus latihan dan TC setiap hari sampai malam, tugas terpaksa saya harus kerjakan di kampus selagi saya bisa dan ada waktu luang," jelasnya.
Ke depan, Fitri ingin terus berkarya baik menjadi atlet, pelatih maupun qasit yang berprestasi. Dia ingin mengembangkan Hapkido khususnya di NTB.
"Selain beladiri, di bidang ini juga bisa saya jadikan sebagai lapangan pekerjaan. Karena memang benar adanya bahwa pekerjaan yang menyenangkan itu adalah hobby yang dijual," tutupnya. (*)
COMMENTS