Dibaca Normal
Oleh: AHMAD
(Mahasiswa FISIP Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang)
Di tengah ragam persaingan kepentingan dan cairnya pola hubungan komunikasi
diberbagai para pimpinan partai politik dikalangan elite baik lokal maupun nasional harus mampu menopang arah demokrasi yang baik agar melahirkan pemimpin good goverment. Bagi petarung dipentas pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak diberbagai daerah diseluruh Indonesia yang diatur oleh UU no 10 tahun 2016. Manufer
komunikasi setiap partai politik saat ini masih mengodok – godok siapa yang mereka utus merebut kekuasaan, untuk ikut serta kontestasi pilkada direncana 23 september 2020 sudah tercium aromanya yang akan digelar serentak se-Indonesia salah satunya Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pembacaan politik baik dikalangan elite maupun publik masih mendambakan sosok Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE (IDP). Sebagai sosok yang mampu merebut hati rakyat kabupaten Bima untuk menduduki kembali kekuasaan, walaupun secara tertutup para partai politik melakukan komunikasi politik antar partai itu masih belum berani
memperlihatkan wajah politiknya dikalangan publik untuk menjadi penantang petahana hingga akhir – akhir ini. Mungkin lumrah adanya ketika Golkar yang masih kembali mencalonkan IDP sebagai orang nomor satu lagi di daerah zona merah tersebut. Sebab strategis politiknya menaklukan lawan masih bisa dipraktekan dipilkada kali ini. Tentu para Parpol lainnya sangat menyadari dengan manuver Golkar sangat antusias menduduki kekuasaan baik dikalangan birokrasi maupun legislatif, hal ini merupakan salah satu bahan untuk tetap membaca peta politik guna mengintip peluang serta mengatur posisi yang tepat ditengah konstelasi komunikasi elit masih berpotensi garap – menggarap isu. Waktu semakin berlalu, KPUD pun dalam waktu dekat akan membuka pendaftaran bagi calon kandidat Bupati dan Wakil Bupati. Oleh karenanya, beragam manuver dilakukan hampir seluruh partai politik melakukan konsolidasi terhadap kadernya dan
sekaligus mencari mitra berkongsi untuk dijadikan calon, tetapi partai Golkar dengan komitmennya tetap mengusung IDP sebagai jagoannya agar kembali bertarung digelanggang kontestasi elektoral 2020 sebagai petahana. Bagi IDP sekarang tinggal menentukan siapa akan menjadi pendampingnya.
Namun hampir setiap hari kita melihat elite politik melakukan konsolidasi ditingkat partai, ada yang secara terbuka dan mungkin juga ada yang berjumpa dipanggung belakang tidak terekspos medsos, mungkin hal ini dramaturgi seperti ungkapan Evering Gofman, mengungkap dalam permainan ada panggung depan yang menonjol
ditunjukan kepada publik dan panggung belakang tidak diketahui keberadaanya
melakukan berbagai pola/strategis politik berbagai macam agar merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Publik masih menunggu, siapakah penantang petahana? Jika berbagai kalangan partai politik belum berani mendeklarasikan sosok kadernya berarti mereka sudah mencium aroma kemenangan IDP sebelum bertarung dipentas politik yang kembali mencalonkan diri dalam mempertahankan posisi jabatan sebagai kepala daerah tentu hal ini di pandang tidaklah mudah jika sebelumnya memunculkan beragam spekulasi dan
inventasi gerakan sosial politik dari masyarakat terhadap kepemimpinannya. Sebagai petahana, hal tersebut sudah barang tentu bersaing kembali dengan calon pemimpin lainnya untuk memperebutkan sebuah tahta kekuasaan yang dinilai membawa
kemajuan pada daerah. Cukup Sulit dibayangkan risiko bagi partai besar lainnya hanya menjadi penonton, ketika tidak mampu menghadirkan kandidatnya dipentas politik Pilkada kali ini.
Peluang bagi partai lain masih bisa diraih. Seperti, PAN sudah memutuskan dan merestui sepenuhnya kepada H. Syafrudin,M.Pd untuk dijagokan merebut posisi kepala daerah kedepannya sewalaupun belum secara konstitusi hanya ungkapan melalaui media. Tetapi, arah demokrasi baru dimainkan PAN belum mampu menggetarkan kubu
Golkar memuji elaktabilitas IDP sebagai petarung sejati. Sebab, kualitas IDP satu
periode sudah teruji oleh publik mampu tahan banting baik ujaran kebencian, fitnah, serta problem sosial disetiap wilayah kabupaten Bima serta munculnya kritikan dan konflik horizontal di daerah zona merah itu merupakan pertanda seorang pemimpin idola rakyat. Sehingga perbincangan politik berbagai kalangan LSM, politisi serta rakyat sendiri masih menyebut IDP akan kembali duduk menjadi orang terkuat di
pilkada 2020. Petahana atau incumbent tidak menjamin kembali berjaya pada pemilihan Pilkada serentak 2020 Seperti yang terjadi sebelumnya, bisa saja kali ini H. Syafrudin merebut kembali kekuasaan dengan berbagai taktik komunikasi politiknya diberbagai kalangan sehingga mampu merebut suara terbanyak dikalangan masyarakat atas penilaian kaum milineal atau pemilih cerdas melalaui kampanye politik nantinya hingga menumbangkan petahana didamba-dambakan oleh tim pemenangannya. Namun tidak semua nasib incumbent kandas di kontestasi politik karena takdir sudah ada yang mengatur. Beberapa kandidat petahana justru melenggang dengan mudah di
pilkada diberbagai daerah lainnya. Salah satunya Bupati Dompu Drs. H Bambang M. Yasin kembali dipercaya meneruskan tonggak kepemimpinan dan menyingkirkan para lawan politiknya.
Selain PAN, siapa lagi sosok dari partai politik lain yang menunjuk kadernya untuk melawan petahana, hasil pengamatan penulis hingga detik ini para legislatif dari berbagai kalangan politisi hanya menyampaikan humor di media cyber saja tanpa menunjukan sikap poitiknya yang jantan. Akhir –akhir ini mantan Bupati Bima Drs. H. Syafrudin sudah mengunjungi partai Nasionalis Demokrasi (Nasdem) mendaftarkan
dirinya sebagai calon Bupati Bima Akan menjadi figur terkuat yang akan merebut
kembali tahta kekuasaan untuk menumbangkan petahana didambakan para pendukungnya berbagai kalangan.(*)
COMMENTS