Dibaca Normal
Husnul Khatimah MPd |
Memiliki paras cantik, mungkin sudah biasa. Tapi, bila kecantikan dibalut dengan ilmu dan prestasi, itu baru luar biasa. Inilah yang tampak dari seorang dosen bernama panjang Husnul Khatimah. STKIP Taman Siswa Bima boleh bangga karena memiliki aset seperti dia. Berikut sekelumit kisahnya.
Penuiis : Edho Rusadin
Bima, Porosntb.com-Husnul Khatimah merupakan satu dari sekian dosen STKIP Taman Siswa Bima yang memiliki prestasi di bidang akademik dan literasi. Selain pintar, perempuan asal Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima ini, juga memiliki paras cantik. Perpaduan ini tentu saja mendapat nilai tersendiri baginya.
Belum lama ini, dara kelahiran 21 Desember 1992 itu sukses menyabet penghargaan dari ID Menulis yang digelar oleh Kemenrisrekdikti. Torehan prestasi yang diakui kementerian itu tidak mudah ia dapatkan. Karena untuk mendapatkan pengakuan secara nasional tersebut, Husnul harus berjibaku dengan dosen-dosen seluruh Indonesia dalam kompetisi penulisan karya ilmiah berbasis online.
Awalnya, kompetisi tersebut dia ketahui dari salah satu dosen setempat yang mengikuti pelatihan menulis karya ilmiah di Mataram. Dari informasi itu, Husnul mendownload aplikasi ruang kerja di play store sebagai sarana untuk mengikuti kompetensi tersebut.
Menurut Husnul, kegiatan tersebut atas kerjasama Kemenristekdikti dengan ruang kerja. Tujuannya, sebagai upaya meningkatkan kemampuan dosen maupun peneliti dalam publikasi ilmiah.
"Nama kelasnya itu ID Menulis. Di kelas ini, pada aplikasi ruang kerja terdapat video yang dapat diikuti oleh semua akademisi yang membutuhkan pelatihan menulis publikasi ilmiah. Lebih khususnya bagi dosen dan peneliti yang membutuhkan publikasi ilmiah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk setiap jenjang jabatan fungsional," terangnya.
Untuk mengikuti pelatihan penulisan publikasi ilmiah tersebut tidak gampang. Karena harus disusun dengan sangat lengkap dan ringkas serta harus melalui beberapa tahapan. Dimulai dari persiapan penulisan naskah, eksekusi penulisan naskah hinggap proses publikasi.
Kata Husnul, hal tersebut dapat membantu para akademisi yang merasa buntu dalam penulisan karya ilmiah.
"Pada tahap terakhir ada post test. Kalau hasilnya melampaui grade yang ditentukan, berarti lulus. Dan Alhamdulillah saya lulus," ujarnya, bangga.
Di balik prestasi yang dia torehkan, di kehidupan sehari-hari pemilik senyuman khas ini ternyata memiliki cerita hidup yang tidak semua orang pernah mengalaminya. Iya, sejak bayi, ia sudah hidup berpisah dengan orang tuanya. Anak sulung dari dua bersaudara ini, harus ditinggal orang tuanya ke Jakarta sejak usianya masih balita. Husnul tumbuh dewasa dengan kesendirian dengan diasuh oleh sang nenek.
Alumni Universitas Islam Malang ini sejak kecil sudah menempa diri dengan kehidupan keras dan tidak bergantung pada orang lain. Meski jauh dari orang tua, bukan membuatnya tumbuh menjadi perempuan yang manja. Tapi, menjadikannya pribadi yang tangguh dan mandiri.
Kemandirian Husnul tampak dari bagaimana dia tumbuh dewasa dengan melakoni kehidupan yang cukup melankolis. Sejak sekolah, perempuan yang memiliki suara ayu ini tidak pernah mengeluh. Tidak pernah cengeng, seperti perempuan-perempuan di masanya. Justru Husnul menanamkan pada dirinya jika hidup itu adalah perjuangan untuk meraih sukses. Karena kesuksesan tanpa perjuangan adalah omong kosong.
"Saya sejak kecil sudah ditinggal orang tua dan adik. Saya sekolah di Bima, dan melanjutkan studi S1 di Malang dan S2 di Universitas Negeri Surabaya," kenang dosen matematika ini.
Selama itu, Husnul mengaku jarang ketemu dengan orang tuanya. Hingga sekarang, dia hanya bisa menyapa orangtua via telepon.
"Saya sudah terbiasa begini. Makanya saat kuliah saya sudah tidak kaget, karena saya sudah terbiasa hidup mandiri," tegasnya, dengan penuh semangat menceritakan kisahnya.
Hingga pada akhirnya Husnul diterima di STKIP Tamsis Bima pada 2018 lalu. Perlahan, masa depannya mulai terlihat cerah. Terlebih lagi, saat Husnul memiliki nomor induk dosen. Dan luar biasanya, NIDN itu dia dapatkan tidak kurang dari setahun menjadi dosen.
Selain itu, saat ini perempuan yang memiliki lekuk hidung yang indah tersebut juga sudah mengajukan hibah penelitian dosen pemula (PDP).
"Semoga tahun ini bisa lolos," doanya.
Dia mengakui, masuk di STKIP Tamsis Bima adalah sebuah anugerah. Karena kampus tersebut sangat berbeda dengan yang lain. Selain karena memiliki iklim dzikir bagi seluruh civitas, ketua lembaganya sangat mendorong para dosen untuk meningkatkan mutu sesuai dengan program iklim pikir yang sudah dilaksanakan beberapa tahun lalu.
"Nilai positifnya di sini. Selain belajar ilmu dunia, juga mendekatkan diri dengan Allah. Ketuanya sangat enerjik, mampu menyuntikan energi positif bagi semua dosen untuk terus mengukir prestasi. Ini yang luar biasa," tutupnya.
Sementara Ketua STKIP Tamsis Bima Dr Ibnu Khaldun Sudirman MSi mengaku bangga pada dosen yang memiliki banyak capaian. Ditambah lagi, capaian di bidang literasi merupakan bagian dari visi kampus setempat.
"Semoga terus ada peningkatan capaian dan prestasi yang dicetak oleh civitas akademika," harapnya. (*)
COMMENTS