Dibaca Normal
![]() |
Beginilah penderitaan M. Nor, saat ingin BAB harus digotong turun dari tempat tidurnya |
Deritanya
berawal saat truk yang ditumpanginya oleng dan terjatuh lantaran tak kuat
menanjak ketika melintasi jalan yang biasa dilewati oleh petani setempat untuk
mengangkut hasil pertaniannya, tepatnya di Dusun Rasabou Desa Tolowata.
Akibatnya,
2 dari 20 penumpang truk nahas tersebut, termasuk M. Nor mengalami imbas yang
paling serius. Ia mengalami luka robek memanjang di kepala bagian kanannya dan
harus menerima 30 jahitan di PKM Ambalawi, serta mengalami patah tulang
pinggang, yang mebuatnya cacat permanen hingga kini.
Sebenarnya,
tutur korban dan keluarganya, jalan yang dilewati truk yang dimiliki oleh orang
berinisial ER tersebut tidaklah memiliki kemiringan yang ekstrim. Tanjakannya
juga terbilang biasa saja jika dibanding dengan tanjakan Wa’I Kancio di wilayah
Kecamatan Monta.
Namun
akibat kayu yang dimuatnya kelebihan beban ditambah 20 orang penumpang. Maka truknya
menjadi oleh dan terjatuh dalm perjalanan pulangnya dari gunung tempat mengambil
kayu.
“Kayu
yang dimuat melebihi tinggi bak truk,” ungkap M. Nor kepada pewarta media ini,
Jum’at (21/8) kemarin di kediamannya.
Sementara
kayu yang dimaksud adalah hasil gotong royong 20 warga Dusun Tera Luba, yang
rencananya akan dipakai sebagai kayu bakar untuk keperluan hajat pernikahan
dari salah satu keluarga warga setempat.
“Sudah
menjadi kebiasaan kami di Tera Luba ini, kalau ada yang menikah, kita bergotong
royong untuk mencarikannya kayu bakar,” ujarnya.
Beruntungnya,
M.Nor memliliki seorang puteri, Nur Hafidah dan isteri, Hadijah, yang setia
menemani dan memenuhi keperluannya, disaat ia sendiri tak mampu berkutik,
karena dari pinggang ke bawah anggota tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan
lagi.
Jadilah
untuk beranjak dari satu tempat ke tempat lain di dalam kediamannya ia dengan
sabar digotong oleh puteri dan isterinya.
“Kasihan
saya melihat keadaan bapak yang begitu berubah drastis. Bapak dulunya adalah
tulang punggung keluarga yang ulet. Tapi sekarang hanya mampu berbaring di
tempat tidur dan terus menahan nyeri di pinggangnya karena keseringan kumat.
Ibu saya juga tak pernah berhenti menangis karena terenyuh melihat penderitaan bapak
dalam dua bulan terakhir ini.” tutur putrinya yang akrab disapa Fida ini.
Untuk
mempermudah melayani Bapaknya, kata Fida, ia bersama ibunya sudah mempersiapkan
tempat untuk BAB persis di sisi tempat bapaknya terbaring sakit.
Karena
mau bagaimana lagi? Ia berujar, jangankan menggotongnya jauh. Menggotongnya turun
dari tempat tidur untuk keperluan BAB saja, bapaknya sudah menderita nyeri yang
luar biasa.
Niat
keluarga untuk meringankan penderitaan M. Nor memang ada, dengan membawanya
berobat. Hanya saja kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan, membuat
niat keluarga pupus begitu saja.
Isteri
dan anaknya hanya mampu meringankan rasa nyeri akibat patah pinggang si bapak, hanyalah
menggunakan terapi tradisional dengan merendamnya selama kurang lebih 2 jam
mengunakan air.
![]() |
Karena keterbatasan ekonomi keluarga, M. Nor hanya menjalani terapi tradisional dengan direndam selama 2 jam di dalam air |
“Itu
lah cara yang bisa mengurangi rasa sakit pinggang suami saya yang patah,” tukas
Hadijah.
Saat
disinggung pewarta media ini, bagaimana tanggung jawab pemilik truk yang diduga karena
kelalaian supir truk yang ditumpanginya itu, ia mengalami nasib yang nahas
tersebut.
Fida
menyebut, hanya menerima santunan sebesar Rp.1 juta dari pemilik mobil, serta dari
sohibul hajat sebesar Rp. 800 ribu.
“Pernah
juga dijenguk oleh pemilik mobil. Itu waktu di awal-awal kecelakaan. Ia hanya
membawa kunyit, kemiri, dan temulawak. Hanya itu!” Timpal istrinya Hadijah.
“Terus
terang kita sangat menyesalkan kurangnya perhatian dari pihak pemilik truk. Karena
kecelakaan itu bapak tidak bisa lagi beraktifitas seperti biasa. Padahal Bapak adalah
tulang punggung bagi keluarga,” kata Fida yang sesekali menyeka air mata,
menambahkan.
Ia
juga menliai Pemerintah Desa kurang memiliki empati terhadap nasib bapaknya.
Padahal bapak bersama 19 warga lainnya pergi mencari kayu bakar sebagai
representasi dari sebuah komunitas dalam membantu memenuhi kebutuhan anggotanya
yang berhajat.
Kepala
Desa yang menjadi pemimpin sebuah komunitas harusnya lebih berupaya untuk
membuat bapaknya pulih seperti sedia kala.
“Hanya
sekali saja Kepala Desanya menjenguk. Itu saat suami saya berada di Puskesmas
Tolowata,” ujar Hadijah kembali menimpal.
Karena
menilai pemilik truk kurang bertanggung jawab terhadap nasib Bapaknya, Fida
menyatakan akan membawa kasus kecelakaan yang diduga akibat kelalaian supir truk itu ke
pihak yang berwajib untuk mendapatkan keadilan.
“Iya
kita berniat akan melaporkan kasus ini kepada pihak yang berwajib. Supaya kami
bisa mendapatkan keadilan,” pungkasnya.
Penulis
: Teddy Kuswara
Editor
: Aden
COMMENTS