Dibaca Normal
![]() |
Penulis : Rusdianto Samawa, Front Nelayan Indonesia (FNI) |
Galangan Kapal Poto Tano sangat bisa mendorong secara simultan produk perikanan NTB harus menjadi tuan di daerah sendiri agar dapat menjadi pondasi yang kuat untuk masuk dan berkembang dipasar regional maupun global
Setelah
dari Desa Labuhan Burung Kecamatan Buer, menuju Desa Kokarlian Kabupaten
Sumbawa Barat. Saya termasuk orang kaget, karena baru tau pertemuan antara kami
dan nelayan, tepat di Galangan yang ada di sebelah barat Desa Kokarlian.
Pemilik
Galangan ini, posisinya di Jakarta. Kemungkinan pemiliknya bukan orang Sumbawa,
asli. Pekerjanya memang orang Sumbawa. Tetapi, pekerjanya banyak menjadi pelaku
penangkapan benih bening lobster dan budidaya lobster.
Posisi
Galangan tempat kami bertemu sangat dekat dengan Pelabuhan Poto Tano dan Lokasi
Ekowisata Pulau Kenanga Poto Tano. Melihat secara sekilas, galangan di Desa
Kokarlian ini, saya punya data detail seputar proyek mangkrak mantan menteri
KKP periode 2014 - 2019 dalam skema pengadaan kapal.
Pekerja
galangan ini mengaku banyak kapal mangkrak yang buatkannya dan galangan ini
pula yang mengerjakan lebih dari 3000 kapal berukuran 5 gros ton hingga 30 gros
ton.
Pada
saat kami datang, bos besarnya telpon anak buahnya. Karena ada cctv tempat kami
duduk. Namun, saya tidak sadar, kalau ada cctv. Tetapi, kami tak membicarakan
perihal galangan. Tetapi, soal kelompok nelayan penangkap benih bening lobster.
Tentu
bos besar di Jakarta, menanyakan perihal kami datang untuk kepentingan apa.
Perkiraan bos besarnya takut atas kedatangan kami. Karena mengingat banyak
kapal yang buatnya banyak mangkrak dan distribusinya sistem silang. Kemungkinan
juga, pemilik Galangan ini sudah diperiksa Kejagung atas dugaan korupsi
pengadaan kapal era kepemimpinan Susi Pudjiastuti itu.
Tetapi,
tak masalah. Kami hanya datang memastikan koordinator dan kelompok nelayan
penangkap benih bening lobster.
Namun,
satu sisi saya bersyukur ada galangan yang bisa membangun kapal - kapal untuk
nelayan. Tentu, ada hubungannya antara infrastruktur penangkapan ikan, lobster
dan pelaku pembudidaya dengan sentra Galangan kapal sebagai pusat industri
perkapalan dan penciptaan
Hubungannya
sangat erat sekali, bahwa keberadaan Galangan kapal Poto Tano ini mendorong
pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi NTB berfokus pada
industrialisasi melalui penangkapan ikan, budidaya perikanan, dan industri
garam yang juga diharapkan dapat berimplikasi pada penurunan angka kemiskinan
di Provinsi NTB.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari koran Suara NTB (2020) bahwa: potensi produksi hasil
perikanan NTB, seperti: budidaya rumput laut pada tahun 2018 masih dominan,
sebanyak 850.236 ton. Kemudian budidaya tambak sebanyak 172.304 ton, budidaya
keramba sebanyak 2.443 ton, dan produksi Keramba Jaring Apung (KJA) sebanyak 2.360
ton. Terdapat pula, produksi budidaya ikan disawah sejumlah 1668 ton, dan
produksi budidaya laut sejumlah 685 ton. Sementara produksi perikanan tangkap
ikan hingga Juli 2019, tercatat 700 ton.
Dari
data tersebut, dapat diartikan bahwa kegiatan usaha pengolahan hasil perikanan
NTB di dominasi oleh kegiatan usaha yang di laksanakan oleh skala usaha UMKM.
Saat ini, pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus diarahkan pada
kebijakan hilirisasi industri yang bertujuan agar dapat mencegah ketergantungan
kebutuhan konsumsi pada daerah lain.
Hilirisasi
dimaksudkan agar dapat meningkatkan nilai tambah produk perikanan. Tentu, harus
hadir galangan - galangan yang menciptakan teknologi secara maksimal sehingga
tidak berat mendorong pola skema kebijakan industrialisasi.
Galangan
Kapal Poto Tano sangat bisa mendorong secaa simultan produk perikanan NTB harus
menjadi tuan di daerah sendiri agar dapat menjadi pondasi yang kuat untuk masuk
dan berkembang dipasar regional maupun global.
Tentu,
dorongan itu bersyarat harus cetak infrastruktur perikanan seperti kapal, alat
tangkap, dan keramba oleh galangan Poto Tano agar hasil produksi lebih bagus.
Oleh sebab itu, industri galangan kapal Poto Tano ini harus dikembangkan
semaksimal mungkin untuk menghasilkan produk infrastruktur alat penangkapan
perikanan yang dapat diterima konsumen baik di dalam maupun di luar negeri.
Industrialisasi
perikanan bertujuan: meningkatkan taraf ekonomi daerah dan mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah sehingga bisa menyumbang kesejahteraan pada masyarakat.
Kontribusi sektor perikanan NTB terhitung lumayan terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional. Tentu, harus terus di maksimalkan sehingga menciptakan nilai tambah
dari sumber daya perikanan.
Seluruh
Provinsi NTB sendiri, sangat banyak industri olahan baik skala mikro, kecil,
menengah maupun besar. Definisi skala industri dapat dilihat dari 3 sudut
pandang yakni: aset, omset dan jumlah tenaga kerja. Meskipun banyak industri
galangan kapal dan pengolahan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Namun
yang perlu diamati dan disupport dalam pengembangannya yakni UKM dan IKM
galangan kapal yang rentan menghadapi berbagai masalah seperti terbatasnya
modal kerja, kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang rendah, dan minimnya
penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Provinsi
NTB memiliki peran strategis sebagai penghasil produk perikanan dan sekaligus
menjadi pasar produk olahan perikanan. Pengembangan Industri pengolahan,
diyakini mampu memberi nilai tambah ekonomi bagi para nelayan dan NTB secara
keseluruhan.
Sesungguhnya
NTB mengalami pelonjakan pada penangkapan ikan, kepiting, Lobster, Rajungan dan
budidaya Rumput Laut. Namun, mengalami penurunan pada proses pengelolaan dan
produksi. Dampaknya, NTB hanya ekspor ikan mentah, bukan olahan.
Kondisi
ini menjadi tantangan bagi pemerintah Provinsi NTB untuk mendorong nilai tambah
produk perikanan melalui industrialisasi. Modelnya dirubah, dari industri
konvensional ke industri berbasis UKM, IKM dengan bahan baku lokal. Sekarang
saja, faktanya industri pengolahan konvensional tidak ada pertumbuhan,
mengalami stagnan. Karena mereka kecenderungan merusak dan pencemaran
lingkungan.
Industrialisasi
perikanan NTB akan membuka lapangan kerja baru untuk generasi: sarjana, pekerja
rumah tangga, petani dan pembudidaya. Sehingga terjadi serapan tenaga kerja.
Apalagi, Covid-19 membuat tenaga kerja sektor primer 80% mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) sehingga membutuhkan peran sektor industri perikanan untuk
menyerapnya.
Pemprov
NTB harus terus membangun komunikasi dan kemitraan dengan para pelaku usaha,
ekonomi dan bisnis, sehingga para eksportir tertarik untuk menempatkan usahanya
di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok. Kunci mewujudkan masyarakat NTB yang
sejahtera dan mandiri adalah terbangunnya industri pengolahan pada
sektor-sektor produksi masyarakat. Tidak terkecuali industri rumahan (home
industri) atas berbagai produk kelautan dan perikanan di NTB. Kami akan terus
memperkuat kebijakan untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan ini,
guna meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
Menurut
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, saat mengunjungi Balai Benih Ikan Dinas
Kelautan dan Perikanan, kepada awak media (28/04/2020) katakan industrialisasi
galangan kapal, dan aspek dibidang perikanan lainnya harus dikembangkan,
mengingat potensi yang besar dan tingkat konsumsi ikan yang semakin tinggi di
NTB sehingga membutuhkan industri pengolahan yang meliputi pembibitan, pembesaran
hingga produksi pakan ikan.
Menurutnya,
industri di bidang perikanan dapat dimulai dari tingkat BUMDes dan IKM sehingga
proses industrialisasi dikerjakan oleh masyarakat sekitar sehingga
terberdayakan sehingga dapat memproduksi pakan ikan dan lainnya. Prospek
industrialisasi perikanan ini sangat tinggi. Potensi NTB sangat banyak, baik di
darat maupun di laut, untuk budidaya maupun perikanan tangkap.
Tentu
masih banyak lagi inovasi-inovasi yang bisa dihasilkan dan memerlukan spirit
kebersamaan sehingga bisa menemukan inovasi yang aplikatif, murah, dan ramah
lingkungan.
Mindset
pemerintah dan masyarakat harus mulai digeser ke arah kolaborasi yang
berorientasi pada inovasi yang layak secara finansial. Inovasi sangat
dibutuhkan oleh ketersediaan sumner daya lokalitas sehingga peran masyarakat
menjadi sentral karena lebih tahu situasi lokal. Sekali lagi, ini kerja mikro
jangka panjang, yang suatu saat akan punya dampak makro yang signifikan.
Industrialisasi
kelautan dan perikanan NTB harus terintegrasi pada sistem produksi hulu dan
hilir agar dapat meningkatkan skala kualitas produksi, produktivitas, daya
saing, dan nilai tambah sumber daya kelautan dan perikanan secara
berkelanjutan, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip: pertama, peningkatan nilai
tambah dan daya saing.
Kedua,
penguatan pelaku industri kelautan dan perikanan berbasis komoditas, wilayah,
dan sistem manajemen kawasan dengan konsentrasi pada komoditas unggulan.
Ketiga, modernisasi sistem produksi hulu dan hilir sehingga terdapat
kesimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan
yang berkelanjutan; dan Keempat, perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat
modern (transformasi sosial).
Mendorong
kenaikan produksi perikanan tangkap dan budidaya di NTB harus secara terus
menerus dilakukan sehingga berdampak terhadap produksi Unit Pengolahan Ikan
(UPI) agar terjadi lonjakan ekspor komoditas perikanan. Karena dari sisi
produksi, NTB termasuk memiliki potensi sumberdaya yang bagus, seperti keramba,
kepiting, ikan yang terdelivery secara domestik.
Pemerintah
daerah Provinsi NTB juga harus mengkompilasi metode pembangunan kelautan dan
perikanan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan 4 pilar, yaitu pro-poor,
pro-job, pro-growth, dan pro-environment. Sehingga terdapat kemampuan memacu
pertumbuhan produksi perikanan NTB yang sangat tergantung pada daya saing
sektor-sektor ekonomi, industri dan bisnis. Nilai strategis setiap sektor
menjadi pendorong utamanya.
Kebijakan
industrialisasi perikanan NTB sudah saatnya fokus perhatian sehingga kedepan,
kebijakan strategis dalam menggerakkan seluruh potensi perikanan tangkap dan
budidaya sebagai industri hulu dan pengolahan hasil produk kelautan dan
perikanan sebagai industri hilir.
Karena
itu, mendorong pemerintah Provinsi NTB untuk mempercepat pembangunan
infrastruktur dukungan, khususnya di Pulau Sumbawa, agar lebih banyak investor
kelautan dan perikanan masuk ke Pulau Sumbawa dan pada akhirnya mengoptimalkan
produksi perikanan dan peningkatan ekomomi. Industri kemaritiman, kelautan dan
perikanan harus menjadi tulang punggung ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) ke
depan.
COMMENTS