Yogyakarta, porosntb.com.- Kedatangan Drs. H. Mahmud Abdulah selaku Bupati Sumbawa ke Yogyakarta tentu memberikan semangat baru bagi Mahasiswa. Kedatangan tersebut dibungkus dengan kegiatan yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Sumbawa (IKS) dalam rangka memperingati ulang tahun Kabupaten Sumbawa yang ke-65. Kegiatannya diisi dengan penampilan dari beberapa Mahasiswa dan sambutan para petuah sebagai bentuk semangat dalam penguatan kapasitas generasi Muda Sumbawa melalui penanaman Nilai Kearifan Lokal. Pada saat yang sama, Bapak Bupati memberikan dana pribadi sebesar Rp 10.000.000 untuk Asrama. Harapannya uang tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya.
Asrama Sumbawa di Yogyakarta merupakan bangunan yang memiliki segudang filosofis sepanjang pergerakan Mahasiswa Sumbawa di Yogyakarta. Bangunan tersebut adalah sakral bagi penulis. Jadi baik PEMDA dan Masyarakat Sumbawa di Yogyakarta wajib untuk menjaganya baik dari segi materiel maupun immateriel. Sebab Asrama Sumbawa Yogyakarta menjadi sekretariat IKS, IPMSY, dan SMSY. Idealnya untuk mendengarkan keinginan dan keresahan ketiga organisasi tersebut dilaksanakan di Asrama sebagai bentuk rasa kecintaan dan kepemilikan terhadap Aset Daerah.
Perlu digaris bawahi bahwa terdapat 2 golongan masyarakat Sumbawa di Yogyakarta yakni golongan tua (IKS) dan Mahasiswa (IPMSY dan SMSY). Ketiga organisasi ini memiliki orientasi dan corak pergerakan yang berbeda. Golongan Mahasiswa pada tempo dulu sempat mengalami kekecewaan akibat tidak hadirnya sosok Wakil Bupati di Asrama kendatipun hotel tempat menginap tepat berada di depan Asrama Sumbawa. Dalam kondisi yang sama dengan waktu berbeda, Bupati Sumbawa datang ke Yogyakarta juga tidak bisa meluangkan waktu berdialog langsung dengan mahasiswa di Asrama. Hal tersebut memunculkan pertanyaan bagi penulis “ada apa dengan PEMDA? Kenapa begitu enggan untuk berdialog dengan Mahasiswa di Asrama?”. Pertanyaan itu muncul akibat adanya berbagai alasan penolakan untuk menginjakkan kaki berdialog langsung dengan Mahasiswa. Acap kali PEMDA selalu mementingkan golongan tua, enggan untuk mendengarkan keinginan golongan Mahasiswa.
Penulis rindu dengan sosok pemimpin yang mampu mengakomodir segala keinginan semua golongan. Jika ingin ditarik ke belakang, saat Kepemimpinan Bupati Sumbawa H. M. Husni Djibril, B.Sc yang pada saat itu beliau sempat berdialog langsung dan mendengarkan segala keluhan dan harapan mahasiswa di Asrama. Sikap inilah yang semestinya terinternalisasi dalam tubuh Bupati dan Wakil Bupati sekarang. Sikap tersebut bagian dari bentuk kepedulian PEMDA terhadap keinginan Mahasiswa.
Penulis memaknai peringatan hari jadi Kabupaten Sumbawa sebagai bentuk refleksi atas kegaduhan dan kekhilafan yang terjadi. Tentu penulis berharap besar terkait kemajuan Kabupaten Sumbawa. Hal itu akan terwujud bilamana adanya integrasi-interkoneksi antara seluruh elemen yang ada. Pemerintah, golongan tua dan mahasiswa semestinya memiliki semangat gotong royong dalam menjaga aset-aset daerah di Yogyakarta (Asrama, Mahasiswa, dan nilai-nilai).
Koresponden : Ghiyats Aiman (Mahasiswa Sumbawa di Yogyakarta)
COMMENTS